Jangan ditanya bagaimana rasanya melahirkan. Kata orang tua, melahirkan itu rasanya seperti loro sewu dadi siji (seribu sakit jadi satu). Setelah bayi berhasil keluar, tetapi perjuangan belum berakhir. Plasenta atau ari-ari yang biasanya akan keluar dengan mudah pasca bayi keluar ternyata sulit. Ari-ari masih menempel. Bahkan salah seorang bidan menduga di dalam rahim masih ada bayi, karena masih ada benjolan seperti kepala di permukaan perut.
Beberapa bidan satu persatu mencoba untuk mengeluarkan, tetapi tidak ada yang bisa. Salah seorang bidan berkata, "Ibu jangan panik ya?" mencoba menenangkan.
Entah mengapa tidak ada rasa khawatir. Hanya rasa capek yang amat sangat. Sesekali terbersit juga pikiran akan kah besok masih bisa melihat matahari? Syukur perasaan seperti itu tidak lama. Beberapa bulan menjelang melahirkan memang salah satu doa yang selalu dipanjatkan adalah berlindung dari rasa khawatir yang tidak perlu. Rasa khawatir bisa saja datang dari syetan yang bisa menguras energi kita sehingga hal-hal yang baik dilupakan.
Berhubung melahirkan di tempat yang memiliki standar rumah sakit, alhamdulillah hal seperti ini bisa langsung ditangani. Dokter mengambil tindakan kuret untuk mengambil plasenta yang menempel. Saya pun dibawa ke ruang operasi, tidak hanya tangan kanan yang kiri pun dipasang infus, disuntik test alergi obat, dan kemudian dibius total.
Oh, ya...selama menunggu di ruang tindakan, sebelum dibius total dokter melarang untuk tidur. Padahal rasa kantuk karena capek hampir tak tertahankan. Membayangkan anak-anak bisa memberi sugesti sehingga rasa kantuk bisa ditahan.
Sekitar pukul 14.00 saya tidak tahu apa yang telah terjadi. Selimut telah ganti dengan kain yang lebih bersih. Di samping kanan Bapak Agus berdiri, "Sudah selesai!" Katanya.
"Sudah selesai kuretnya ?! Hm....syukurlah," Kata saya sambil tak henti-hentinya mengucap syukur bisa melewati ini semua. Pukul 15.00 sudah diizinkan dibawa ke ruang perawatan dan diperbolehkan makan.
Masuk ke ruang perawatan kelas 1 c, di sana sudah ada Pika menunggu. Oh, bahagia rasanya bisa melihat Pika. Semua rasa sakit dari sejak pukul 02.00 dini hari hingga 15.00 seperti hilang seketika.
"Ibu kok lama betul? aku lama banget nungguin ( di ruang tunggu ). Nunggu lama sampai ketiduran sendirian di kursi!" Tanya Pika.
Sekitar pukul 14.00 saya tidak tahu apa yang telah terjadi. Selimut telah ganti dengan kain yang lebih bersih. Di samping kanan Bapak Agus berdiri, "Sudah selesai!" Katanya.
"Sudah selesai kuretnya ?! Hm....syukurlah," Kata saya sambil tak henti-hentinya mengucap syukur bisa melewati ini semua. Pukul 15.00 sudah diizinkan dibawa ke ruang perawatan dan diperbolehkan makan.
Masuk ke ruang perawatan kelas 1 c, di sana sudah ada Pika menunggu. Oh, bahagia rasanya bisa melihat Pika. Semua rasa sakit dari sejak pukul 02.00 dini hari hingga 15.00 seperti hilang seketika.
"Ibu kok lama betul? aku lama banget nungguin ( di ruang tunggu ). Nunggu lama sampai ketiduran sendirian di kursi!" Tanya Pika.
Duh, Pika.....dikira melahirkan itu nggak beda dengan bikin telor dadar ya?!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar